Sabtu, 16 November 2013

Drama 4 orang 1 narator

Kesadaran Seorang Remaja


Tim Penyusun:
1. Kadek Dicky Kurniawan
    Berperan sebagai Dicky
2. Kadek Dwiki Suma Setiawan
    Berperan sebagai Narator
3. Felisya Agustina Putri Wijaya
    Berperan sebagai Icha
4. I Dewa Ayu Made Novia Puspita Dewi
    Berperan sebagai Puspita
5. Theda Radana
    Berperan sebagai Teda



 Pada suatu hari, ada 3 orang sahabat. Mereka sudah lama bersahabat, mereka adalah Icha, Dicky, Puspita. Suatu hari mereka sedang bercakap di dalam kelas.

Icha: “Nanti kita belajar bareng yuk?”
Dicky: “Dimana, Cha?”
Icha: “Di rumah Puspita.”
Puspita: “Boleh boleh. Jam berapa kalian mau ke rumah ku?”
Icha: “Gimana kalo jam 2 siang?”
Dicky: “Oke.”

 Setelah pulang sekolah, Dicky pun datang ke rumah Puspita yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tetapi Icha tidak  bersama Dicky. Puspita dan Dicky  dengan sabar menunggu Icha. Tidak berselang lama Icha pun datang.

Puspita: “Kok telat, Cha?”
Icha: “Maaf, tadi orang tua ku bertengkar.”
Puspita: “Terus tadi kamu jalan gitu?”
Icha: “Iya.”
Dicky: “Kok kamu gak bilang sama aku? Kan kita bisa berangkat bareng.”
Icha: “Makasi, tapi aku gak mau ngerepotin kamu, Ky” (sambil tersenyum)
Dicky: “Gak kok Cha, kita kan teman.”
Puspita: “Kok mereka bisa bertengkar, Cha?”
Icha: “Mereka ngeributin bisnis, Pus.”
Dicky: “Sabar ya, Cha”
Icha: “Iya, makasih Ky.”
Dicky: “Mereka itu kan mencari nafkah buat kamu juga.. mereka sayang kok sama kamu.”
Icha: “Sayang dari mana? Setiap ketemu, mereka tuh pasti bertengkar karena bisnis” (Dengan nada tinggi)
Dicky: “Orang tua mana sih yang gak sayang sama anak nya? Apa lagi kamu anak satu-satunya.”
Puspita: “Tumben kamu pinter, Ky.”
Dicky: “Aku udah pinter dari dulu kali.”
Icha: “Makasi ya karena kalian sudah menghibur aku.” (sambil tersenyum)

Setelah Icha selesai menceritakan sebab keterlambatannya, mereka pun kembali belajar. Keesokan harinya mereka mendapat teman baru bernama Teda. Dia pindahan dari Jakarta.Penampilannya Rapi.. Karena ada teman baru, mereka pun mencoba berkenalan dengannya.

Dicky: “Kita boleh kenalan ga?”
Teda: “Boleh, nama gue Teda.”
Dicky: “Nama ku Dicky.”
Puspita: “Nama ku Puspita.”

Icha: “Nama ku Icha.”

Tanpa sepengetahuan mereka, ternyata teda adalah pengedar zat-zat yang menyebabkan kecanduan(narkoba) dan ingin mencari seorang teman yang nantinya akan diajak berbisnis. Beberapa hari kemudian, Teda mendapatkan beberapa informasi tentang Icha dari Dicky dan Puspita. Icha mempunyai masalah dengan keluarganya, maka inilah kesempatan bagi Teda untuk menghasut Icha.

Teda: Icha, benar lo ada masalah dengan keluargamu?
Icha: Kok tau?
Teda: “Gue denger dari teman-teman, gue ada solusinya supaya kamu tidak sedih.”
Icha: Apa solusinya?
Teda: “Gue ga bisa kasik tau disini. Karena besok hari minggu besok lo bisa ga ke Taman Kota?”

Icha: “Mau ngasik solusi aja mesti ke taman kota, emang gak bisa langsung ya?”
Teda: “Udah deh, lo jangan cerewet.. Ikutin aja mau gue.”
Icha: “Iya.. Iya.”
Teda: “Besok gue tunggu lo jam 8 pagi.”
Icha: “Iya.”

Teda langsung pergi meninggalkan Icha. Icha pun penasaran dengan solusi tersebut. Keesokan harinya di Taman Kota..

Icha: “Mana nih Teda? Kok ga muncul-muncul juga sih? Dia ngajak ketemuan jam 8 pagi, tapi sekarang udah jam 8.30 belum muncul-muncul juga.”

15 menit kemudian, Teda pun datang..

Icha: “Ini dia nih, kamu kemana aja sih? Ini udah jam 8.45 (sambil melihat jam). Baru aja mau tak tinggal.”
Teda: “Maaf, tadi jalannya macet. Bali sama Jakarta sama aja ya?”
Icha: “Ya gitu deh. Apa solusinya?”
Teda: “Ini permen buat lo, permen ini keluaran terbaru dan rasanya juga enak.”
Icha: “Apa hubungannya permen ini sama solusi?”
Teda: “Permen ini bisa buat lo gak sedih lagi.”
Icha: “Emang ada ya permen yang bisa buat aku ga sedih lagi?”
Teda: “Ada lah. Permen ini nih yang bisa buat lo ga sedih lagi. Ga percaya banget sih lo sama gue?”
Icha: ”Iya lah, secara aku baru kenal sama kamu beberapa hari yang lalu.”
Teda: ”Udah deh, lo tu cerewet banget sih? Nih ambil.”
Icha:”Iya, makasih (sambil mengambil permen yang diberikan oleh teda). Gratis kan?”
Teda:”Iya, untuk lo gratis deh.”
Icha:”Tumben kamu baik.”
Teda: “Iya dong, gue kan emang baik.”

Icha pun pergi dengan perasaan kurang percaya. Sesampainya di rumah,  Icha pun langsung masuk kedalam kamarnya , dan merenungkan hal tersebut. Keesokan harinya, orang tua Icha kembali bertengkar
Dan pertengkaran tersebut semakin menjadi-jadi. Icha yang tidak tau harus berbuat apa mencari teda dan menceritakan masalahnya tersebut dengan Teda.

Icha: ”Teda, kenapa sih orang tua ku selalu bertengkar karena bisnis? Kenapa mereka gak pernah peduli sama aku, anak mereka satu-satunya?”

Teda pun mencari ide untuk menghasut Icha kembali dengan cara berpura-pura baik dan peduli terhadap Icha.

Teda: ”Sabar ya Cha, gue ngerti kok perasaan lo.”
Icha: ”Aku udah sabar, tapi aku risih liat mereka bertengkar terus.”
Teda: ”Lo udah nyobain permen yang gue kasik?
Icha: ”Belum, aku masih ragu.”
Teda: ”Kenapa ragu?
Icha: ”Emang ada permen yang bisa buat orang gak sedih lagi?
Teda : ”Ya elah Icha, gue kan udah bilang ada.”
Icha: ”Ya deh, besok aku coba.”

Keesokan harinya icha benar – benar mencoba permen tersebut.

Icha: ”Permen ini rasanya enak banget, jadi pengen lagi. Nanti aku mau minta lagi sama Teda.
Sampainya di sekolah, Icha pun mencari teda..

Icha: Teda dimana sih? Aku cariin gak ada, coba aja kalo ga dicarik, pasti muncul di depan mata.”

Icha pun mempunyai niat untuk mencari Teda di kantin, dan ternyata Teda ada disana.

Icha: ”Woe, ngapain tu?”
Teda: ”Ya lagi makan lah,  ga liat apa? Ganggu orang makan aja.”
Icha: “Maaf, gak liat.. Hehe..”
Teda: ”Iya.. Iya, gak masalah.. Kenapa lo? Tumben pagi-pagi nyariin gue..”
Icha: ”Kamu masih punya permen itu gak?”
Teda: ”Ohh permen yang gue kasik di taman kota itu?”
Icha: ”Iya lah.”
Teda: ”Masih, kenapa? Lo mau lagi?”
Icha: “Kok kamu tau sih? Kamu bisa baca pikiran ya?”
Teda: “Gak gitu juga kali, sekarang gue lagi ga bawa permennya.”
Icha: “Iya, besok bisa bawa ga?”
Teda: ”Bisa, tapi ga gratis lagi.”
Icha: ”Gitu banget sih? Ya, berapa harganya?”
Teda: ”Harganya murah, cuma Rp 150.000 doang.”
Icha: ”Widih, mahal banget.. Ga bisa kurang apa?”
Teda: ”Harganya emang segitu, emang lo kira pasar apa pake nawar-nawar.. Permen itu juga susah dicari.”
Icha: ”Hehe, ya deh aku beli.”
Teda: ”Serius? Lo lagi banyak uang?”
Icha: ”Gak juga sih.”
Teda: ”Bayarin gue dong.. Lagi ga ada duit nih.”
Icha: ”Terus kalo tadi ga ada aku, gimana caranya bayar?”
Teda: ”Ngutang lah.”
Icha: ”Karena aku lagi baik, tak bayarin dah.”
Teda: ”Makasi Cha, lo emang baik.”

Keesokan harinya, Icha bertemu Teda di kelas.

Icha: Tumben kamu udah ada tanpa aku cari.”
Teda: ”Iya, gue lagi males ke kantin.. Lagi ga ada duit.”
Icha: ”Kamu udah bawa permennya?”
Teda: ”Udah dong, mana duitnya?”
Icha: ”Idih, mata duitan banget sih(sambil memberikan uang kepada Teda). Udah lunas ya.”
Teda: ”Iya.”

Saat icha memberikan uang kepada Teda, Dicky dan Puspita pun datang  dan langsung masuk kelas.

DickyIcha lagi banyak uang ya? Traktir dong.
Icha: ”Engga juga sih.”
Puspita: ”Terus itu apa?”
Icha: ”Tadi aku beli permen di Teda.”
Dicky: ”Sejak kapan kamu ganti profesi jadi dagang permen?”
Teda: (Tidak menjawab)
Puspita: ”Kok gak dijawab?”
Icha: ”Udah lah, jangan itu diributin.. Ini permen yang bisa buat orang gak sedih lagi karena rasanya yang enak banget..”
Puspita: ”Kayak iklan aja, emang bener?”
Icha: ”Bener, aku udah pernah nyobain.. Kalo ga percaya, Tanya aja
Teda.”
Puspita: ”Bener, Teda?”
Teda: (Menjawab dengan gugup) “Be-be-bener.”
 Puspita pun tidak percaya dengan hal tersebut dan mengajak Dicky keluar kelas untuk membicarakan hal tersebut.

Puspita: ”Masa sih ada permen yang bisa buat orang seneng?”
Dicky: ”Aku juga gak percaya, gimana kalo kita selidiki?”
Puspita: ”Aku setuju.”

Puspita dan Dicky pun mencari informasi tentang permen itu, tetapi tidak ada. Rasa penasaran mereka pun bertambah, mereka tetap mencari informasi tentang permen itu, mereka mencari di perpustakaan dan menemukan sebuah buku.

Puspita: ”Ky, coba deh liat buku ini.. Disini tertulis efek dari penggunaan narkoba. Salah satunya adalah membuat pikiran menjadi nge-fly.
Dicky:”Iya bener.. Jangan-jangan permen yang diceritain sama Icha itu narkoba lagi?”
Puspita:”Aku juga mikirnya gitu.”

Puspita dan Dicky pun mencoba untuk memberitau Icha, bahwa permen yang selama ini dia makan adalah narkoba. Tetapi percuma, Icha tidak percaya dengan mereka karena hasutan dari Teda. Puspita dan Dicky pun mencari akal agar Icha percaya dengan mereka. Beberapa hari kemudian, Puspita mempunyai ide untuk menunjukkan buku tersebut kepada Icha.

Puspita:”Ky, masih ada ga buku yang kamu dapetin di perpus beberapa hari yang lalu?”
Dicky: ”Aku ga tau, emang buat apa?”
Puspita: ”Gimana kalo kita tunjukin buku itu ke Icha biar dia percaya?”
Dicky: ”Kalo dia ga percaya gimana?”
Puspita: ”Ya, coba aja dulu.. Yang penting kita udah usaha.. Kalo cara itu gak berhasil, kita cari cara yang lain.”

Puspita dan dicky pun bergegas ke perpustakaan untuk mencari buku tersebut, dan Dicky mendapatkannya.

Dicky: ”Puspita..Puspita.. Aku dapet bukunya.” (sambil berteriak)
Puspita: ”Sssttt.. Ribut banget sih.. Ini perpustakaan, bukan hutan.”
Dicky: ”Maaf aku lupa, saking senengnya karena aku udah dapet bukunya.”
Puspita: ”Mana..Mana?”
Dicky: ”Ini, rencana selanjutnya gimana?”
Puspita: ”Kita harus cari kesempatan untuk ngasik tau Icha tentang isi buku ini.”
Dicky: ”Kesempatan di permainan monopoli tu?” (Pura-pura tidak mengerti)
Puspita: ”Bukan, ini ga ada hubungannya sama monopoli..(Menjawab dengan kesal) Maksud ku kita cari kesempatan, waktu icha ga sama teda. Langsung deh kita tunjukin buku ini..”
Dicky: ”Ditunjukin aja?” (Pura-pura tidak mengerti)
Puspita: ”Ya engga lah.. Kita kasik tau juga kalo sebenarnya dia itu lagi terpengaruh zat narkoba dengan menyuruhnya membaca buku tersebut di rumah.” (Menjawab dengan sabar)
Dicky: ”Ohh gitu, oke deh.. Ide mu bagus juga.”
Puspita: ”Iya dong, Puspita gitu loh.. kita tinggal tunggu waktunya aja.
Dicky: ”Sip.

Beberapa saat kemudian mereka pun melihat icha sendiri duduk di kantin sekolah, mereka pun langsung mendekati icha. Dan memberikan buku  tersebut.
Dicky: Icha kami boleh duduk disini gak?
Icha: Boleh aja.”
Puspita: Icha coba deh baca buku ini!” (sambil memberikan buku tersebut)
Icha: ”Emang ni buku apa?
Puspita: Iya baca aja di rumah.”
Icha: ”Iya deh.”

Setelah icha pulang sekolah icha pun membaca buku itu.

Icha: ”Kok buku ini aneh banget ya? Judulnya Narkoba. Tumben-tumbenan Puspita ngasik aku buku beginian.. Apa hubungannya sama aku?

Setelah membaca buku tersebut, akhirnya Icha tau bahwa permen yang diberikan oleh Teda adalah
NARKOBA ! Icha pun terkejut.
Icha: ”Ternyata permen yang aku makan adalah Narkoba. Aku di bohongi sama Teda. Aku nyesel udah percaya sama Teda. Karna dia hidupku lebih sengsara lagi. Kenapa dia berbuat seperti itu ke aku? Padahal aku udah nganggep dia sahabatku.” (sambil menangis dengan rasa takut).
Karena hal tersebut, Icha jarang sekolah karena masih dalam proses penyembuhan(Rehabilitasi). Puspita dan Dicky kasihan terhadap Icha karena ulah licik dari Teda. Setiap pulang sekolah, mereka menjenguk Icha di Rumah Sakit dekat sekolah mereka dan memberikan Icha semangat untuk menjalani hidup.










AMANAT:

1.        Jangan sia-siakan waktu kalian untuk narkoba
2.       Jangan mudah percaya dengan orang lain
3.       Narkoba merusak masa depan kita
4.       Lindungilah generasi penerus bangsa dari narkoba.